KABUPATEN/KOTA MADYA DI SUL-SEL

Standard
Kabupaten Bantaeng Bantaeng
Kabupaten Barru Barru
Kabupaten Bone Watampone
Kabupaten Bulukumba Bulukumba
Kabupaten Enrekang Enrekang
Kabupaten Gowa Sungguminasa
Kabupaten Jeneponto Bontosunggu
Kabupaten Kepulauan Selayar Benteng
Kabupaten Luwu Belopa
Kabupaten Luwu Timur Malili
Kabupaten Luwu Utara Masamba
Kabupaten Maros Turikale
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkajene
Kabupaten Pinrang Pinrang
Kabupaten Sidenreng Rappang Pangkadjene
Kabupaten Sinjai Sinjai
Kabupaten Soppeng Watansoppeng
Kabupaten Takalar Pattallassang
Kabupaten Tana Toraja Makale
Kabupaten Toraja Utara Rantepao
Kabupaten Wajo Sengkang
Kota Makassar Makassar
Kota Palopo Palopo
Kota Parepare Parepare

 

ARTIKEL BAHAN BAKAR MINYAK

Standard

Kini telah beredar informasi di televisi maupun di tempat umum tentang kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU, Hal ini di sebabkan karena meningkatnya kendaraan seperti motor maupun mobil.Di tambah lagi kendaraan pribadi yang dimiliki oleh para pejabat.Sehingga berdampak pada kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di karenakan tingginya penggunaan (BBM).Bahan bakar minyak yang biasa di gunakan kendaraan yaitu bensin dan solar.

Hal ini semakin membuat warga resah,karena dengan kelangkaan ( BBM) menyebabkan naiknya harga BBM.Para warga sangat menyayangkan hal ini, terlebih dengan warga yang berprofesi sebagai tukang ojek maupun supir angkot.Jika Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) masih terus berkelangsungan maka warga akan kewalahan dengan naiknya harga (BBM), terutama bagi warga yang kurang mampu.

Bahan bakar minyak di ambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil hewan dan tumbuhan, jika di ambil secara terus-menerus lama-kelamaan bahan bakar minyak akan habis.Jika hal ini terus-menerus berlangsung akan menyebabkan kerugian terutama transportasi di indonesia dan dapat pula menipisnya persediaan bahan bakar minyak.

Hal ini dapat di tangani dengan beberapa solusi untuk menghemat bahan bakar minyak BBM yaitu :

  • Manfaatkanlah sepeda

Jika letak sekolah jaraknya tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal alangkah baiknya jika menggunakan sepeda.Dengan bersepeda selain membuat badan sehat juga menghemat pengeluaran uang.

  • Gunakan kendaraan di saat ada kepentingan

Pergunakanlah kendaraan jika memang ada urusan yang penting dan mendadak yang membutuhkan ketepatan waktu.Janganlah menggunakan kendaraan hanya untuk pameratau kegiatan lain yang tak jelas manfaatnya.

  • Gunakanlah bahan bakar minyak yang sesuaidengan kondisi ekonomi

Bagi orang yang kondisi ekonominya menengah keatas alangkah baiknya menggunakan bahan bakar minyak non subsidi.Sebab, bahan bakar bersubsidi hanya diperuntukan untuk kalangan menegah kebawah untuk menunjang kegiatan ekonomi mereka.

  • Bahan bakar minyak alternatif

Meskipun bahan bakar  minyak alternatif belum beredar dan jarang ditemui kita dapat membuatny asendiri.Bahan yang digunakan berasal dari tumbuh-tumbuhan,sampah, dan kotoran hewan yang bisa kitadapatkan secara mudah.Salah satunya minyak buah jarak, pohon jarak yang biasanya ditanam untuk pembatas tanah ternyata buahnya dapat dijadikan minyak yang kualitasnya hampir sama dengan solar.

 

Hal ini dapat mengajarkan kita dengan mempergunakan bahan bakar dengan sebaik-baiknya dan semoga artikel dapat bermanfaaat bagi semua.Dan dapat membuat membuat Indonesia sebagai negara yang maju.

PIRAMIDA EKOLOGI

Standard

 “Piramida abstrak yang menggambarkan komposisi komponen biotik penyusun suatu ekosistem serta pengaruh hubungan rantai makanan bagi kelompok ekologi secara menyeluruh

Dalam rantai makanan dikenal istilah tingkat trofik, yaitu tingkat dalam suatu rantai makanan yang menunjukkan pengelompokan organisme yang memiliki pola dan cara memperoleh makanan yang sama.

Hubungan organisme pada tingkat trofik digambarkan dalam bentuk piramida. Semakin ke atas bentuk piramida semakin mengecil.

Tingkat trofik tersebut terdiri dari produsen, konsumen primer, konsumen sekunder, konsumen tertier. Produsen selalu menempati tingkat trofik pertama atau paling bawah.

Sedangkan herbivora atau konsumen primer menempati tingkat trofik kedua, konsumen sekunder menempati tingkat trofik ketiga, konsumen tertier menempati tingkat trofik ke empat atau puncak piramida.

Organisme yang berada di tingkat trofik atas mengkonsumsi organisme yang berada tepat di tingkat trofik di bawahnya. Bagian dasar piramida selalu dihuni oleh produsen, sedangkan konsumen menghuni tingkat trofik di atas produsen hingga puncak piramida.

Jumlah produsen selalu lebih besar dari konsumen, begitu seterusnya jumlah konsumen yang menghuni tingkat trofik bawah lebih besar dibanding konsumen di tingkat trofik di atasnya.

Ada 3 macam piramida ekologi, yaitu :

Piramida jumlah individu

Diagram batang yang menunjukkan jumlah relatif organisme dalam suatu rantai makanan dengan memperhitungkan hubungan antara predator dan mangsanya.

Pelopor teori ini adalah Charles Elton (ahli ekologi inggris) pada abad ke 20.

“Piramida jumlah disusun berdasarkan pada jumlah organismenya, bukan pada ukuran tubuh organismenya”.

Kelebihan : Data yang diperlukan untuk membuat piramida jumlah individu relatif mudah dikumpulkan.

Kekurangan : karena tidak memperhatikan ukuran tubuh organisme, maka piramida yang terbentuk menjadi aneh.

Pada ekosistem aquatik, dalam 1 meter persegi bisa saja terdapat ribuan bahkan jutaan plankton sebagai produsen. Tetapi pada ekosistem darat, 1 meter persegi hanya cukup ditempati oleh sebuah pohon. Jika digambarkan dalam bentuk diagram, maka bentuk piramida jumlah menunjukkan bentuk yang aneh.

Piramida biomassa

Piramida yang menggambarkan besarnya biomassa komponen biotik suatu ekosistem pada waktu tertentu. Biomassa adalah massa organisme pada tiap tingkat rantai makanan.

Ukuran organisme menentukan laju metabolismenya. Makin kecil ukurannya makin besar metabolismenya per gram biomassa, dan makin kecil pula biomassanya.

setiap tingkat trofik pada piramida biomassa menunjukkan berat kering dari seluruh organisme di tingkat trofik yang dinyatakan dalam gram/m2.

Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu,dan di ukur dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit sample dan di ukur,kemudian total seluruh biomassa dihitung

Misalnya di lautan terbuka produsennya adalah fitoplankton mikroskopik, sedangkan konsumennya adalah makhluk mikroskopik sampai makhluk besar seperti paus biru dimana biomassa paus biru melebihi produsennya. Puncak piramida biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya sedikit, dan umumnya individu karnivora pada puncak piramida bertubuh besar.

Kelemahan :  tidak adanya penjelasan yang diambil dari laju pembentukan biomassa, hanya jumlah biomassa yang ada pada waktu tertentu. Misalnya Jumlah bakteri yang hidup pada suatu saat akan jauh lebih kecil dari jumlah mamalia dan ikan, walaupun pemanfaatan energi kedua kelompok sama besarnya.

Kelebihan :

Mampu menunjukkan hubungan kuantitatif biomassa dalam suatu ekosistem yang lebih baik dari piramida jumlah individu.

3. piramida energi

Piramida yang disusun dalam satuan kalori untuk menggambarkan distribusi energi pada setiap tingkatan trofik dalam rantai makanan. Piramida energi menggunakan faktor waktu  untuk menggambarkan banyaknya organisme yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Total energi yang dikandung oleh produsen lebih besar dari konsumen. Sementara itu secara berantai total energi yang terdapat pada konsumen tingkat bawah lebih besar dari konsumen yang berada pada tingkat trofik atasnya.

Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena beberapa faktor (dijelaskan pada transfer energi). Secara umum konsumen hanya mampu memanfaatkan 10% energi yang diperoleh dari organisme yang berada pada tingkat trofik di bawahnya. Karena sebagian besar energi terbuang sebagai panas.

Kelemahan :

tiap organisme yang ditetapkan hanya diperuntukkan untuk satu tingkat trofik. Padahal untuk beberapa organisme, tingkat trofik dapat bervariasi sesuai dengan apa yang dimakannya.

Kelebihan :

mampu memberi gambaran menyeluruh mengenai sifat-sifat fungsional komunitas yang terjadi pada komponen biotik suatu ekosistem. Piramida energi juga menunjukkan kecepatan arus makanan melalui rantai makanan. Bentuk piramida energi tidak dipengaruhi oleh ukuran suatu organisme dan kecepatan metabolisme individu.

Produktivitas Ekosistem

Energi yang masuk atau di serap suatu organisme tidak seluruhnya digunakan untuk aktivitas tetapi ada sebagian yang disimpan.Pemasukan dan penyimpanan energi dalam suatu ekosistem di sebut produktivitas ekosistem.Produktivitas ekosistem sendiri di bagi menjadi dua.

Produktivitas Primer

Pruduktivitas primer adalah kecepatan organisme autotrof menyimpan dan mengubah energi cahaya matahari menjadi molekul organik.Seluruh energi atau bahan organik yang dihasilkan dari fotosintesis di sebut dengan pruduktivitas primer kotor(PPK).Energi yang dihasilkan tersebut tidak seluruhnya di simpan dalam tubuh tumbuhan,sebagian di gunakan dalam proses respirasi. Jumlah energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis dikurangi dengan energi yang digunakan dalam aktivitas respirasi di sebut produktivitas primer bersih(PPB).

Produktivitas Sekunder

Produktivitas sekunder adalah kecepatan organisme heterotrop mengubah energi kimia dari bahan organik yang dimakan menjadi simpanan energi kimia baru di dalam tubuhnya. Energi kimia dalam bahan organik yang berpindah dari produsen ke organisme heterotrop (konsumen primer) dipergunakan untuk aktivitas hidup dan hanya sebagian yang dapat diubah menjadi energi kimia yang tersimpan di dalam tubuhnya sebagai produktivitas bersih.

Demikian juga perpindahan energi ke konsumen sekunder dan tersier akan selalu menjadi berkurang. Perbandingan produktivitas bersih antara trofik dengan trofik-trofik di atasnya dinamakan efisiensi ekologi efisiensi ekologi efisiensi ekologi efisiensi ekologi efisiensi ekologi. Diperkirakan hanya sekitar 10% energi yang dapat ditransfer sebagai biomassa dari trofik sebelumnya ke trofik berikutnya.

Eksploitasi Berlebihan Pada Ekosistem Darat dan Akuatik

Standard

1. Ekosistem Darat

Ekosistem darat mencakup seluruh bioma yang terdapat di daratan. Bioma yang ada di seluruh belahan bumi, yaitu hutan, padang rumput, taiga, tundra, gurun, dan sebagainya. Eksploitasi berlebihan pada ekosistem darat sebagian besar terjadi pada ekosistem hutan. Ekosistem hutan, khususnya ekosistem hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman organisme yang tinggi. Didalamnya, terdapat berbagai macam organisme yang masing-masing memiliki peran penting bagi keseimbangan ekosistem.

Selain itu,di dalam ekositem hutan terdapat berbagai macam potensi yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia, contohnya beberapa tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan terdapat di alam hutan. Salah satu peran penting keberadaan hutan bagi organisme di bumi, yaitu keberadaan pohon-pohon dan tumbuhan lain yang dapat menyediakan gas oksigen bagi organisme di dunia. Sejalan dengan banyaknya manfaat yang dihasilkan dari ekosistem hutan, maka semakin banyak juga manusia yang menggunakan sumber daya hutan untuk kesejahteraan hidupnya.

Penggunaan atau pemanfaatan sumber daya hutan yang berlebihan sehingga menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem tersebut dinamakan over eksploitasi hutan. Saat ini, semakin banyak manusia yang memanfaatkan sumber daya hutan secara berlebihan dan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem. Penebangan hutan secara acak dalam jumlah besar untuk industri furnitur atau industri kertas, dan pembakaran hutan untuk area persawahan secara terus‑ menerus menyebabkan dampak negatif bagi keseimbangan Iingkungan baik secara regional maupun global. Hutan, terutama hutan hujan tropis, merupakan pengkonsumsi karbon dioksida terbesar karena vegetasinya membutuhkan karbon dioksida untuk melakukan fotosintesis. Ketika banyak wilayah hutan hilang, ditambah dengan tingginya buangan gas karbon dioksida dari berbagai aktivitas manusia, maka gas karbon dioksida akan terakumulasi di atmosfer. Adanya karbon dioksida dalam jumlah berlebih di atmosfer dapat menimbulkan terjadinya kenaikan suhu udara secara global sehingga dapat mengubah pola iklim bumi.

Salah satu efek dari peningkatan suhu global adalah mencairnya es di kutub. Bila es mencair, maka permukaan air laut akan naik yang dapat memengaruhi keseimbangan ekologis di seluruh
bumi. Kebakaran hutan dan penebangan pohon secara dalam jumlah besar menyebabkan hilangnya  habitat makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Akibatnya banyak organisme yang mati karena tidak adanya tempat untuk bereproduksi dan hilangnya sumber makanan. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari eksploitasi ekosistem hutan secara berlebihan adalah hilangnya daerah resapan air.

Hutan merupakan daerah resapan air hujan yang paling besar karena akar pohon-pohon dan tumbuhan hutan lainnya mampu menyerap dan menyimpan air. Hilangnya populasi tumbuhan di hutan dan daratan lainnya menyebabkan air hujan yang jatuh ke tanah tidak terserap, tetapi ikut terbawa bersama tanah menuju perairan atau disebut dengan peristiwa erosi. Sebagai akibatnya, tanah menjadi tandus dan kering.

2. Ekosistem Akuatik

Tidak hanya ekosistem darat yang dapat mengalami eksploitasi berlebihan. Ekosistem akuatik seperti laut, sungai, danau, dan perairan lainnya dapat mengalami hal yang serupa.Eksploitasi sumber daya akuatik dapat berupa penangkapan organisme laut secara berlebihan. Penangkapan organisme laut, seperti ikan konsumsi maupun ikan hias, dan pengambilan terumbu karang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan di ekosistem laut. Organisme yang beragam hidup di terumbu karang. Namun, terumbu karang demikian rapuh terhadap kerusakan karena pertumbuhannya lambat, mudah terganggu, dan hanya hidup pada perairan yang dangkal, hangat, dan bersih. Terumbu karang hanya dapat hidup pada perairan dengan suhu 18-30°C. Kenaikan suhu sebesar 1°C dari batas maksimum dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang. Rusaknya terumbu karang akan menyebabkan hilangnya tempat tinggal bagi organisme yang ada pada ekosistem terumbu karang.
Ancaman lain yang dapat mengganggu ekosistem perairan adalah penggunaan ekosistem perairan sebagai daerah wisata. Penetapan daerah wisata perairan dapat dikatakan sebagai eksploitasi karena apabila  daerah wisata tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan mengganggu keberadaan organisme yang ada di ekosistem tersebut. Sebagai contoh, daerah wisata pantai di Bali atau wilayah Jakarta bagian utara yang ekosistem alaminya telah terganggu oleh aktivitas manusia yang berlebihan. Kedua pantai tersebut telah tercemar oleh sampah yang dibuang pengunjung tempat wisata tersebut.

1. Ekosistem Darat

Ekosistem darat mencakup seluruh bioma yang terdapat di daratan. Bioma yang ada di seluruh belahan bumi, yaitu hutan, padang rumput, taiga, tundra, gurun, dan sebagainya. Eksploitasi berlebihan pada ekosistem darat sebagian besar terjadi pada ekosistem hutan. Ekosistem hutan, khususnya ekosistem hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman organisme yang tinggi. Didalamnya, terdapat berbagai macam organisme yang masing-masing memiliki peran penting bagi keseimbangan ekosistem.

Selain itu,di dalam ekositem hutan terdapat berbagai macam potensi yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia, contohnya beberapa tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan terdapat di alam hutan. Salah satu peran penting keberadaan hutan bagi organisme di bumi, yaitu keberadaan pohon-pohon dan tumbuhan lain yang dapat menyediakan gas oksigen bagi organisme di dunia. Sejalan dengan banyaknya manfaat yang dihasilkan dari ekosistem hutan, maka semakin banyak juga manusia yang menggunakan sumber daya hutan untuk kesejahteraan hidupnya.

Penggunaan atau pemanfaatan sumber daya hutan yang berlebihan sehingga menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem tersebut dinamakan over eksploitasi hutan. Saat ini, semakin banyak manusia yang memanfaatkan sumber daya hutan secara berlebihan dan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem. Penebangan hutan secara acak dalam jumlah besar untuk industri furnitur atau industri kertas, dan pembakaran hutan untuk area persawahan secara terus‑ menerus menyebabkan dampak negatif bagi keseimbangan Iingkungan baik secara regional maupun global. Hutan, terutama hutan hujan tropis, merupakan pengkonsumsi karbon dioksida terbesar karena vegetasinya membutuhkan karbon dioksida untuk melakukan fotosintesis. Ketika banyak wilayah hutan hilang, ditambah dengan tingginya buangan gas karbon dioksida dari berbagai aktivitas manusia, maka gas karbon dioksida akan terakumulasi di atmosfer. Adanya karbon dioksida dalam jumlah berlebih di atmosfer dapat menimbulkan terjadinya kenaikan suhu udara secara global sehingga dapat mengubah pola iklim bumi.

Salah satu efek dari peningkatan suhu global adalah mencairnya es di kutub. Bila es mencair, maka permukaan air laut akan naik yang dapat memengaruhi keseimbangan ekologis di seluruh
bumi. Kebakaran hutan dan penebangan pohon secara dalam jumlah besar menyebabkan hilangnya  habitat makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Akibatnya banyak organisme yang mati karena tidak adanya tempat untuk bereproduksi dan hilangnya sumber makanan. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari eksploitasi ekosistem hutan secara berlebihan adalah hilangnya daerah resapan air.

Hutan merupakan daerah resapan air hujan yang paling besar karena akar pohon-pohon dan tumbuhan hutan lainnya mampu menyerap dan menyimpan air. Hilangnya populasi tumbuhan di hutan dan daratan lainnya menyebabkan air hujan yang jatuh ke tanah tidak terserap, tetapi ikut terbawa bersama tanah menuju perairan atau disebut dengan peristiwa erosi. Sebagai akibatnya, tanah menjadi tandus dan kering.

2. Ekosistem Akuatik

Tidak hanya ekosistem darat yang dapat mengalami eksploitasi berlebihan. Ekosistem akuatik seperti laut, sungai, danau, dan perairan lainnya dapat mengalami hal yang serupa.Eksploitasi sumber daya akuatik dapat berupa penangkapan organisme laut secara berlebihan. Penangkapan organisme laut, seperti ikan konsumsi maupun ikan hias, dan pengambilan terumbu karang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan di ekosistem laut. Organisme yang beragam hidup di terumbu karang. Namun, terumbu karang demikian rapuh terhadap kerusakan karena pertumbuhannya lambat, mudah terganggu, dan hanya hidup pada perairan yang dangkal, hangat, dan bersih. Terumbu karang hanya dapat hidup pada perairan dengan suhu 18-30°C. Kenaikan suhu sebesar 1°C dari batas maksimum dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang. Rusaknya terumbu karang akan menyebabkan hilangnya tempat tinggal bagi organisme yang ada pada ekosistem terumbu karang.
Ancaman lain yang dapat mengganggu ekosistem perairan adalah penggunaan ekosistem perairan sebagai daerah wisata. Penetapan daerah wisata perairan dapat dikatakan sebagai eksploitasi karena apabila  daerah wisata tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan mengganggu keberadaan organisme yang ada di ekosistem tersebut. Sebagai contoh, daerah wisata pantai di Bali atau wilayah Jakarta bagian utara yang ekosistem alaminya telah terganggu oleh aktivitas manusia yang berlebihan. Kedua pantai tersebut telah tercemar oleh sampah yang dibuang pengunjung tempat wisata tersebut.

 

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

Standard

Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dan ketersediaan atau sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya.

Untuk menghindari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh exploitasi sumberdaya pada proses pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan dilaksanakan berdasarkan pada sistem analisis mengenai dampak lingkungan yang disingkat AMDAL.

Berikut ini 4 hal yang tercakup dalam studi AMDAL.

1. Penyajian informasi lingkungan (PIL) dan analisis dampak lingkungan (Amdal) untuk studi bagi kegiatan yang direncanakan

2. Penyajian evaluasi lingkungan (PEL) dan studi evaluasi lingkungan (SEL) bagi studi untuk kegiatan yang telah berjalan

3. Rencana kelola lingkungan (RKL), studi yang merencanakan pengelolaan dampak kegiatan kepada lingkungannya.

4. Rencana pemantauan lingkungan (RPL), studi pemantauan pengelolaan lingkungan.

5. Kerangka Acuan (KA), kerangka acuan yang memberikan dasar arahan pelaksanaan SEL atau AMDAL dengan merinci hal-hal yang perlu dilaksanakan dan bersifat khusus untuk kegiatan yang telah berjalan atau sedang direncanakan.

 

Berdasarkan pasal 16 Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup yang meneybutkan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan, wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan atau disingkat AMDAL yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Yang dimaksud dampak penting adalah perubahan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh adanya suatu kegiatan.

Kegiatan apa saja yang perlu dilengkapi dengan AMDAL, tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1986 yaitu setiap rencana berupa:

  • Perubahan bentuk lahan dan bentuk alam, seperti: pembuatan jalan, bendungan, jalan kereta api dan pembuakaan hutan;
  • Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui, seperti; pertambangan dan eksploitasi hutan;
  • Proses dan kegiatan lain yang secara potential dapat menimbulkan pemborosan, perusakan dan kemerosotan pemanfaatan sumber daya alam dan energi, seperti, pemanfaatan tanah yang tidak diikuti dnegna konservasi dan penggunaan energi yang tidak diikuti dengan teknologi yang dapat mengefisienkan pemakainya.
  • Proses dan hasilnya yang mengancam kesejahteraan penduduk, pelestarian kawasan konservasi alam dan cagar budaya, seperti kegiatan yang proses dan hasilnyamenimbulkan pencemaran, penggunaan energi nuklir dan sebagainya;
  • Introduksi jenis tumbuhan dan jenis hewan, seperti introduksi jenis tumbuhan dan jenis hewan, seperti; introduksi suatu jenis tumbuhan baru yang dapat menimbulkan jenis penyakit baru pada tanaman; introduksi suatu jenis hewan baru yang dapat mempengaruhi kehidupan hewan yang telah ada;
  • Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
  • Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar mempengaruhi lingkungan

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM PROSA

Standard

Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Untuk karya sastra dalam bentuk prosa, seperi roman, novel, dan cerpen, unsur-unsur intrinsiknya ada tujuh: 1) tema, 2) amanat, 3) tokoh, 4) alur (plot), 5) latar (setting), 6) sudut pandang, dan 7) gaya bahasa.

1. Tema

Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.

Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.

Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).

Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.

Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.

2) Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

3) Tokoh

Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
  2. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

  1. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
  2. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
  3. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.

Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode penyajian watak tokoh, yaitu:

  1. Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
  2. Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.

Adapun menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu:

  1. Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
  2. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
  3. Melalui penggambaran fisik tokoh.
  4. Melalui pikiran-pikirannya
  5. Melalui penerangan langsung

4) Alur (Plot)

Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:

  1. Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
  2. Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
  3. Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.

Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:

  1. Bagian awal, terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan (inciting moment), dan 3) gawatan (rising action).
  2. Bagian tengah, terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan (complication), dan 6) klimaks.
  3. Bagian akhir, terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8- selesaian (denouement).

Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:

  1. Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
  2. Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.
  3. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.

Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis.

Adapun hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.

5. Latar (setting)

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:

a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

c. Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.

6. Sudut pandang (point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:

a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.

Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:

  1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
  2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)

Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.

Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya:

  1. ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
  2. ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa.

Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.

Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.

Standard

A. Tema

adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.

B. Alur, Plot, atau Jalan Cerita

adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

  1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
  2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
  3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.

Alur meliputi beberapa tahap:

  1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan, waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
  2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.
  3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
  4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
  5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.

C. Tokoh, Pelaku, atau Pemeran;

adalah yang berperan dalam sebuah cerita, dapat berupa manusia, hewan, atau benda-benda yang “dihidupkan”.

Biasanya tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:

  1. Protagonis (berasal dari bahasa Yunani πρωταγωνιστής (protagonistes), “orang yang berperan dalam bagian pertama suatu cerita, aktor utama”)adalah tokoh utama dalam suatu hal seperti buku cerita, film, video game maupun teater. Dalam literatur, protagonis adalah tokoh yang melawan antagonis. Protagonis sering merupakan seorang pemeran utama , kadang-kadang seorang jagoan, atau hal lainnya yang merupakan konflik dengan antagonis. Protagonis biasanya baik dan tidak jahat. Namun dalam beberapa cerita, tidak semua protagonis menjadi jagoan atau baik. Adakalanya protagonis bertingkah seperti antagonis yang kemudian dikenal sebagai Protagonist Anti-Hero (Anti-Heroine untuk wanita).
  2. Antagonis; dalam literatur, antagonis adalah karakter yang melawan karakter utama atau protagonis. Antagonis sering merupakan seorang penjahat, kadang-kadang mungkin binatang, atau hal lainnya yang merupakan konflik dengan protagonis. Antagonis biasanya jahat dan tidak baik serta sering menjadi pembuat onar (ulah). 
  3. Tritagonis; yaitu tokoh pelerai; dapat juga menjadi tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang tidak memegang peran utama dalam cerita. Tokoh tritagonis biasanya tidak terlibat dalam semua bagian cerita. Keberadaannya berperan sebagai penghubung antara tokoh protagonis dan antagonis.

Berdasarkan peranannya, tokoh diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

  1. Tokoh sentral yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan dalam drama. Tokoh sentral merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
  2. Tokoh utama yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai perantara tokoh sentral. Dalam hal ini adalah tokoh tritagonis.
  3. Tokoh pembantu yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja. Tidak semua drama menampilkan kehadiran tokoh pembantu.

D. Penokohan, Watak, perwatakan, atau Karakter;

Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan/penokohan adalah penggambaran sifat batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh. Penggambaran watak tokoh dalam naskah drama erat kaitannya dalam pemilihan setting/latar atau tempat terjadinya peristiwa.

Penggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari 3 segi yaitu melalui:

  1. Dialog tokoh
  2. Penjelasan tokoh
  3. Penggambaran fisik tokoh

Ada 3 cara yang digunakan pengarang untuk melukiskan watak tokoh cerita, yaitu:

  1. secara langsung; pada pelukisan secara langsung, pengarang langsung melukiskan keadaan dan sifat si tokoh, misalnya cerewet, nakal, jelek, baik, atau berkulit hitam.
  2. secara tidak langsung; pada pelukisan watak secara tidak langsung, pengarang secara tersamar memberitahukan keadaan tokoh cerita. Watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, ucapan, dan tingkah laku tokoh, bahkan dari penampilannya. Watak tokoh juga dapat disimpulkan melalui tokoh lain yang menceritakan secara tidak langsung.
  3. secara kontekstual; pada Pelukisan kontekstual, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan pengarang untuk mengacu kepada tokoh.

Ada 3 macam cara untuk melukiskan atau menggambarkan watak para tokoh dalam cerita, yaitu:

1. Cara analitik; Pengarang menceritakan atau menjelaskan watak tokoh cerita secara langsung. 

2. Cara dramatik; Pengarang tidak secara langsung menceritakan watak tokoh seperti pada cara analitik, melainkan menggambarkan watak tokoh dengan cara:

  • melukiskan tempat atau lingkungan sang tokoh.
  • menampilkan dialog antartokoh dan dari dialog-dialog itu akan tampak watak para tokoh cerita.
  • menceritakan tingkah laku, perbuatan, atau reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa. 

3. Cara gabungan analitik dan dramatik; Pengarang menggunakan kedua cara tersebut di atas secara bersamaan dengan anggapan bahwa keduanya bersifat saling melengkapi.

E. Latar (Setting);

adalah tempat, waktu, dan suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas di mana berlangsungnya (latar tempat), kapan terjadinya (latar waktu), dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung (latar suasana).

 

PROSA LAMA

Standard

Prosa lama terdiri dari beberapa bentuk atau jenis karangan, antara lain:
a. Dongeng, yaitu jenis cerita hasil khayalan sang pengarang. Jenis cerita dongeng:
-Mitos, cerita khayalan tentang pahlawan atau dewa pada zaman dahulu, misalnya Dewi Sri, Nyai Roro Kidul.
-Legenda, cerita khayalan yang dihubungkan dengan asal muasal terjadinya suatu tempat atau benda misalnya: Terjadinya Gunung Tengger, Asal Mula Banyuwangi.
-Fabel, cerita yang melukiskan watak dan budi pekerti dan lakonnya dimainkan oleh para binatang, misalnya: Kancil dan buaya.
-Dongeng jenaka, cerita khayalan yang bersifat humor atau lucu, misalnya: Pak Pandir, Si Kabayan, Si Joko Bodoh
-Sage, cerita khayal yang mengandung unsur sejarah, misalnya: Damar Wulan, Joko Tarub.

b. Cerita pelipur lara, yaitu jenis prosa lama tentang kehebatan seorang ksatria yang fantastik. Biasanya digambarkan bahwa ksatria itu gagah dan tampan serta ditemani putri-putri yang cantik. Latar belakang cerita selalu di sekitar istana.

c. Hikayat, yaitu jenis cerita khayalan yang berlatar belakang istana. Tokohnya biasanya raja atau pangeran yang sakti dan kisahnya mengenai percintaan. Akhir cerita selalu bahagia.

d. Sejarah atau tambo, adalah cerita asal usul kaum bangsawan dan raja-raja yang dihiasi kejadian-kejadian menarik dalam istana.

e. Cerita berbingkai, yaitu jenis prosa lama yang berbentuk cerita di dalam cerita.

f. Wiracarita, yaitu prosa lama yang menceritakan kepahlawanan suatu bangsa.

PROSA NONFIKSI

Standard

Prosa nonfiksi adalah karangan yang berisi hal-hal yang bersifat faktual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan si pengarang . Jenis karangan ini diungkapkan secara sistematis, kronologis atau kilas balik dengan menggunakan bahasa semiformal. Yang termasuk jenis karangan ini antara lain:

  1. Artikel

Artikel adalah karangan yang berisi uraian atau pemaparan yang memiliki ciri-ciri

  • Berdasarkan fakta
  • Bersifat faktual
  • Berisi kisah perjalanan, profil tokoh, pengalaman, satir dan humor

2. Tajuk Rencana

Tajuk Rencana atau editorial adalah karangan yang bersifat argumentatif yang ditulis oleh redaktur media massa mengenai hal-hal yang faktual dan aktual

3.Opini

Opini adalah tulisan yang berisi pendapat, pikiran atau pendiriantentang suatu hal. Opini diungkapkan dengan berbagai alasan yang dapat menguatkan pendapat tersebut

4.Feature

Feature adalah sejenis artikel eksposisi yang memberikan tekanan aspek tertentu yang dianggap menarik atau perlu ditonjolkan dari suatu objek atau peristiwa yang memiliki daya tarik secara emosional. Isi feature berisi kejadian yang sudah berlalu.

5.Biografi

Biografi adalah riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain. Tulisan ini dibuat untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang latar belakang kehidupan seorang tokoh dari kecil hingga dewasa

6.Otobiografi

adalah riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis oleh si penulis sendiri. Tulisan ini dibuat agar orang lain dapat mengetahui segala hal tentang kehidupannya dari kecil sampai dewasa

7.Tips

adalah karangan yang berisi uraian tenteng tata cara atau langkah operasional dalam melakukan atau membuat sesuatu. Disajikan dengan cara ringan, sederhana, dan bahasa yang populer

8.Reportase

adalah karangan yang berupa hasil laporan dari liputan suatu peristiwa yang sedang terjadi atau belum lama terjadi untuk keperluan berita di media massa

9.Jurnalisme

adalah berita yang dituliskan kedalam bentuk novel atau cerita pendek. Unsur pembangun sebuah cerita seperti alur, tokoh, latar, konflik, dipenuhi meskipun isinya merupakan fakta

10.Pidato

adalah aktivitas mengukapkan ide, pikiran , dan gagasan secara lisan dalam bentuk rangkaian kata-kata kepada orang banyak dengan tujuan tertentu

Persiapan menjadi Seorang Wirausaha

Standard

Orang terkadang melihat yang berwirausaha itu nggak ada apa-apanya, padahal yang berwirausaha banyak manfaat..yang terkandung didalamnya..apalagi dikampung seperti saya dari Rancaekek…tetangga melihat sebelah mata yang jadi pedagang daripada kerja …mendingan di pabrik aja…ya itulah pemikiran orang-orang awam..padahal..yang berwirausaha..dapat berpenghasilan lebih dari orang yang kerja iya kan ?
Menjadi usahawan bagi sebagian orang dan ini tidak sedikit jumlahnya, adalah hal yang sangat menakutkan. Banyak yang berfikir bahwa menjadi pedagang atau wirausahawan sangat beresiko tinggi (kerugian, bangkrut dan sebagainya), sedangkan menjadi seorang pekerja sangat kecil resiko yang akan dihadapi.

Tetapi kalau kita berfikir jernih sesungguhnya menjadi pegawai juga beresiko tinggi, seperti: PHK, Pemotongan gaji, pensiun, minimnya gaji yang diperoleh, dsb.
Artinya dalam hal ini apapun pekerjaan yang kita pilih semuanya mengandung resiko yang tidak kecil. Menjadi wirausahawan jelas beresiko tinggi tetapi hal itu seimbang dengan yang akan diperoleh dari hasil berwirausaha yang mungkin jika berhasil dan sukses akan memperoleh pendapatan dan penghasilan yang sangat menggiurkan.

 

Untuk itu maka beberapa langkah mesti anda siapkan menjadi seorang wirausahawan:

Mempersiapkan mental:
menjadi usahawan mesti memiliki mental berwirausaha yang sangat kuat, jangan berfikir tentang berapa keuntungan yang akan diperoleh lebih dulu, tetapi berfikirlah segala resiko yang akan kita hadapi. Siap menang siap kalah, siap untung mesti juga harus siap rugi. Fair kan? Dalam berwirausaha juga memerlukan ketabahan yang sangat kuat, dalam beberapa kasus tidak semua wirausahawan mengalami kesuksesan, banyak pula yang mengalami kegagalan! sebagian menjadi orang berfikir bahwa menjadi wirausahawan mesti harus punya bakat! Itu benar tetapi tidak mutlak, banyak pula seorang pengusaha yang juga mempelajari dari nol bahkan banyak yang tidak memiliki darah dagang dalam keturunannya!

Kemauan yang kuat untuk berhasil:
menjadi seorang wirausahawan wajib memiliki kemauan yang kuat dan pantang menyerah untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan, tidak mudah menyerah pada nasib!
Selalu mengembangkan ide dan kreativitas:
Albert Einstein pernah menyatakan bahwa bukan ilmu yang mengakibatkan orang berhasil, tetapi ide dan imajinasi! Menjadi seorang wirausahawan dituntut memiliki ide yang cemerlang dalam membangun usahanya. Barang yang sepele bahkan dianggap orang tidak berarti jika dibalut dengan ide dan kreativitas akan menghasilkan produk yang baik. Seorang teman sebut saja Heri di Lamongan Jawa Timur setiap hari memperhatikan banyaknya enceng gondok yang ada di pinggir bantaran sungai dekat rumahnya.

Heri adalah seorang tukang becak yang tinggal di dekat sungai, dia kemudian berfikir mungkin enceng gondok yang tumbuh secara liar ini bisa dimanfaatkan. Ya dia memanfaatkan tanaman liar tersebut menjadi barang yang berguna seperti: tas wanita, dompet, sandal, dsb. Hasilnya ia bisa menjual produk tersebut sampai ke Jakarta! Dalam sebuah acara di televisi diceritakan bahwa Seonggok bantalan rel kereta api yang sudah tidak terpakai dan banyak dimakan rayap diolah menjadi meja kecil yang ternyata setelah dijual menjadi produk yang sangat diminati konsumen karena keunikannya;

Kemauan untuk Belajar:
Menjadi seorang wirausahawan bukan berarti jauh dari ilmu, memiliki ilmu itu wajib termasuk bagi seorang wirausahawan! Kemauan untuk terus mengembangkan ilmu khususnya berkait dengan dunia wirausaha yang digelutinya akan sangat membantu kelancaran berwirausaha. Dalam hal ini saya berpendapat bahwa seorang wirausahawan harus punya kemauan kuat untuk belajar kepada orang lain akan keberahsilan maupun kegagalan yang diterima dalam berwirausaha, sehingga hal ini akan dapat meminimalisasi kegagalan dalam mengembangkan usaha yang dijalani. Sebagai mahasiswa anda jangan hanya terpaku pada pelajaran yang anda peroleh di kelas, tetapi juga belajar dari teman, dosen, bahkan menjadi seorang aktivis mahasiswa adalah proses belajar yang sangat efektif;

Membangun komunikasi dan jaringan pertemanan:
Apabila anda adalah seorang yang memiliki banyak teman, maka hal itu akan menguntungkan anda, mengapa? Untuk memasarkan produk yang anda jual baik jasa maupun barang anda membutuhkan relasi usaha. Teman anda dapat menjadi rekan usaha yang potensial dalam membangun jaringan pemasaran usaha anda kelak.Bertemanlah dengan banyak orang, jalinlah komunikasi yang efektif dengan siapapun. Apalagi jika anda memiliki teman yang berasal dari luar daerah, maka anda akan punya kesempatan untuk melebarkan sayap usaha anda ke daerah-daerah kelak. Dengan memiliki banyak teman setidaknya anda sudah punya sedikit sayap yang sewaktu-waktu siap untuk dikepakkan untuk melambungkan usaha anda;

Modal Usaha:
Modal yang juga penting dalam membuka sebuah usaha adalah dana. Saran saya jika anda merupakan pendatang baru dalam dunia wirausaha, maka janganlah mengeluarkan dana dalam jumlah besar tetapi mulailah dari hal yang kecil dan anda kuasai. Ketika masih duduk di bangku kuliah dulu (awal tahun 90an) saya mencoba memelihara ayam kampung, saya membeli 2 ekor ayam betina dan 1 ekor ayam jago sebagai pejantan. Hasilnya? Dalam waktu sekitar 1 tahun saya berhasil memperoleh 60 ekor ayam kampung! Hasil yang sangat lumayan. Sepele bukan?